“Barbie
sekolah telah tiba..” celetuk sang KETOS sekaligus anggota PKS, yang setiap
pagi hari nongkrong di depan pagar sekolah, untuk memberi sanksi pada para
siswa-siswi yang telat, penampilan yang bukan aturan sekolah, dan lain
sebagainya.
“So’ …? What …?” ujar si Barbie sinis.
“Udah berulang kali aku bilangin..
Panjangin rok kamu.. Besarin baju kamu.. Dan tipisin make-up kamu.. Ngerti, Kartika..” ucap Arez dengan nada nan pelan.
Sementara Chartica, hanya mengejek kata-kata Arez, dengan mengulang perkataannya
tetapi tanpa suara.
“Nih..” Arez mengulurkan kertas pada
Chartica, “surat hukuman kamu. Pulang sekolah, kamu menghadap 011..”
lanjutnya..
Chartica mengambil kertas tersebut, dan
merobeknya di depan wajah Arez, sembari berkata, “Nggak.. Penting..!!” ujarnya
dengan nada cueknya. Kemudian berlalu pergi dari hadapan Arez..
“Sayang..” ujar Arez lirih.. “Siswi yang
nggak teladan. Padahal,, ia cantik dan menawan..” lanjutnya dan berkhayal..
“Aaah.. Astaga.. Nggak boleh.. Nggak
boleh..” ucapnya, setelah ia sadar, dengan apa yang telah ia lakukan. Dan
berusaha menghapus bayangan Chartica dari otaknya, lalu melanjutkan tugasnya.
* * *
Sepulang sekolah, Chartica berdiri
sendirian di halte bus, di depan sekolah. Arez pun datang
dengan mobil yang ia kelndarai.
“Hay,, mau pulang bareng?” sahut Arez.
Namun Chartica tak melontarkan sepatah katapun.
Tak lama kemudian, sebuah mobil sedan civic best door, dengan atap yang
terbuka lebar, terlihat seorang cowok cakep, maco, and cool, datang dan berhenti tepat di depan mobil Arez. Arez hanya
memerhatikan cowok itu. Arez tak bisa berkata-kata. Cowok itu emang perfect
abis..
Chartica langsung menuju ke mobil itu, dan
pintu mobil pun terbuka otomatis, ke atas. Kemudian Chartica naik. Semua orang
di sekitarnya melihatnya kagum dan sangat terkejut. Kemudian, pintu mobil
tertutup kembali, dan berlalu pergi. Kali ini, Arez gagal lagi mendekati
Chartica, dan patah semangat untuk mengejar cintanya.
* * *
Keesokan harinya. Di
sebuah cafe, terlihat di salah satu
meja VIP, Chartica dan seorang cowok
yang kemarin menjemputnya, sedang makan dan asyik bercanda. Arez pun masuk
bersama sahabat karibnya, Arel.
Saat Arel melihat
Chartica, ia menyikut lengan Arez.
“Udahlah, Rel.. Barbie manisku udah ada yang punya. Kita
ke sini, tujuannya untuk makan. Okey..”
“Yeah.. kok udah patah
semangat sih? Kamu hanya salah paham. Cowok itu …” ujar Arel, namun dipotong
oleh Arez, “Kalau kamu ke sini hanya ingin membahas Barbie, mending aku pulang aja.”
“Ya udah, kita makan.
Okey..”
* * *
Selama seminggu setelah
kejadian itu, Arez menjadi seorang yang pendiam, patah semangat, dan tak ada lagi
harapan hidup. Ia betul-betul patah hati.
“Udahlah, Rez..” ujar Arel
menghibur, “bukan hanya dia cewek di dunia ini.”
“Hmmmmmm…” ucap Arez
datar.
“Yah.. Yah.. Yah..
Terserah kamu deh. Kalau kamu nggak mau dengerin aku, kamu akan menyesal seumur
hidup..” ujar Arel, dan berlalu pergi. Namun Arez tetap saja diam, tak berbubah
gaya sedikitpun.
Arel udah bingung. Apa
yang akan ia lakukan, agar sahabatnya itu tak seperti orang gila, yang kerjanya
selalu melamun, melamun, dan melamun.
* * *
Arel menuliskan sebuah pesan, pada selembar
kertas, lalu melemparkannya pada Arez, yang sedang melamun sendiri di dalam
mobilnya. Setelah membaca pesan dari Arel, Arez pun segera pergi menuju
bandara.
* * *
“Cha.. Chaca..” Arez memanggil nama kecil
Chartica. Chartica tak mendengarnya, tetapi malah mempercepat langkahnya menuju
pesawat.
“Yeah.. Telat..” ujar Arez pasrah, setelah berlari
mengekar Chartica. Arez pun pulang. Ia telah kehilangan Chartica untuk kedua
kalinya, dan selamanya.
* * *
Hari-hari Arez setelah kepergian Chartica,
sangatlah suram. Tak ada yang ia lakukan, selain melamun. Sehingga membuat
nilai ulangannya anjlok. Ia pun harus remedial.
Dan mendapatkan semprotan dari kedua orangtuanya.
Sementara Chartica, yang hingga kini tak ada
kabarnya. Tak ada yang tahu. Di mana tepatnya Chartica saat ini. Namun,
Chartica tak pindah maupun keluar dari sekolah itu. Ia meminta izin pada wali
kelasnya, tanpa alasan yang jelas. Ia hanya meminta izin, untuk menemani sanak
saudara berobat ke Philipina.
Semester satu telah lewat.
Dan tak lama lagi Ujian Nasional akan tiba. Namun Chartica tak kunjung datag.
* * *
Beberapa hari setelah Arez
remedial, Arez di kabarkan
menghilang. Sementara Chartica kembali ke Indonesia dan telah aktif bersekolah.
Akan tetapi, wajah Chartica sangatlah pucat.
Arel pun mengabarkan hal
ini pada Arez. Arel yakin, walaupun Arez menghilang entah ke mana. Pasti ia
membawa laptop kesayangannya, dan e-mail-nya
selalu aktif.
Beberapa hari kemudian,
Arez muncul. Di saat yang bersamaan, Chartica pingsan. Arez shock banget. Ia tak tahu harus berbuat
apa. Arel menyarankan untuknya, agar Arez menjaga Chartica.
* * *
Beberapa jam kemudian, Chartica
pun sadar.
“Cha.. Kamu kenapa?” tanya
Arez, memulai pembicaraan.
“Kamu tak perlu tahu.”
“Tapi, Cha.. Aku khawatir
dengan keadaan kamu..”
Chartica tak menghiraukan
perkataan Arez, namun ia beranjak dari kasur dan berlalu pergi dari UKS.
* * *
Arez kini tak mudah
menyerah. Ia mendatangi rumah Chartica. Di sana ia bertemu dengan cowok yang
selalu mengantar-jemput Chartica.
“Hai.. Kamu Arez, kan?”
tanya cowok itu, sok akrab.
“Iya.. Kamu tahu dari
mana?”
“Chaca yang cerita ama
aku..” jawabnya. “Oh iya, kenalin. Aku Leo. Aku sepupu jauh Chaca. Jadi, kamu
nggak perlu cemburu dan frustasi.”
Arez masih kebingungan.
“Oh iya, silahkan masuk..”
ujar Leo, mempersilahkan masuk.
Arez pun masuk.
“Ehmm.. Ada perlu apa kamu
datang ke sini? Chaca masih ada bimbingan olimpiade di sekolah.”
“Aku tahu kok tentang hal
itu. Aku hanya ingin menanyakan, sebenarnya apa yang terjadi pada Chaca?
Mengapa ia pucat dan tak bersemangat?”
“Oh.. tentang hal itu ya..
Ia hanya kecapekan aja.”
“Aku nggak percaya. Chaca
orangnya nggak mudah capek dan pucat seperti itu..”
“Ehmmmm……” Leo bingung
harus berkata apa. “Sebenarnya, Chaca mengidap kanker otak stadium 2 menuju
stadium 3. Ia haru segera dioprasi. Namun, ia tak ingin melakukannya.”
“Terus.. ngapaen dia pergi
ke Philipina segala?”
“Dia hanya berobat saja.
Yeah.. itu anak emang keras kepala banget. Aku bingung untuk membujuknya.”
“Aku akan membantu. Aku
akan memaksa dia untuk operasi.”
“Tapi.. tak segampang
itu.”
“Kenapa?”
“Dia tahu, kalau
penyakitnya ini, hanya aku yang tahu. Jadi, dia akan curiga kalau kamu to do point..”
“Aku tahu cara terbaik
untuk melakukannya..”
* * *
Mulai saat itu, Arez
perhatian benget ama Chartica. Ia tak segan-segan lagi untuk mendekati
Chartica. Sehingga membuat Chartica tambah takut akan kehilangannya.
“Rez.. kok kamu perhatian banget ama aku..?”
“Karena aku nggak mau kehilangan kamu..”
Chartica terharu atas perkataan Arez. IA pun
meneteskan air mata. Ia tak bisa mewujudkan permintaan orang terkasihnya.
“Cha.. Kamu mau jadi kekasihku? Walaupun hanya
seminggu. Aku mohon………!”
Chartica tak bisa lagi menahan perasaanya. Ia pun
menganggukan kepalanya.
* * *
Mereka jadian, namun tak ada yang mengetahuinya.
Tiga hari setelah mereka jadian, tiba-tiba Chartica mengirim pesan singkat,
yang isinya ‘maaf, Rez.. aku nggak bisa ngelanjutin hubungan ini ama kamu.. aku
harap kamu mengerti. aku pun berharap agar kamu mendapatkan yang lebih baik
dariku.’
Setelah pesan itu terkirim handphone Chartica tak aktif lagi. Ia dan Leo menghilang bak
ditelan bumi. Sehari setelah kehilangan mereka, sebuah pesan singkat dari Leo masuk
ke handphone Arez, yang isinya ‘Chaca
telah tiada..’
Arez pun terjatuh pingsan. Ia tak menyangka.
Bahwa, hadiah sweet-seventeen-nya
ialah kepergian dari sang kekasih tercinta.
* * *
Keesokan harinya, Arez dikejutkan oleh seorang
tamu istimewa. Ia membawa sebuah cake
yang bertuliskan, ‘HAPPY BIRTHDAY MY
BOYFRIEND’..
“Chaca?”
“Ya.. Ini aku.. Aku telah selesai di operasi. Aku
kini telah sehat kembali..”
“Tetapi, UN kamu gimana?”
“Aku udah UN kok. Aku UN di Philipina. Dan
nilai aku memuaskan..”
“Nilai kamu memuaskan, aku
jad masuk rumah sakit, karena kamu..”
“Maafin aku ya..”
Arez mengangguk manja.
Chartica pun memeluk Arez.
“Ehem.. Ehem..” seorang
cowok yang baru saja tiba dan membuka pintu kamar Arez, berdehem. “Gini ya?
Setelah di satuin, nggak ada ucapan Thanks
atau semacamnya. MAlah asyik berduaan.”
“Eh.. Arel..” ujar Arez
dan Chartica serempak.
“Iya,, ini aku.. Nggak
nyangka ya.. Orang yang nggak bisa distuin karena peraturan sekolah, jadi bisa
nyatu gini.”
“Berkat siapa dulu dong..”
ujar Arez..
“Eehh.. seharusnya aku
yang ngomong gitu..”
Mereka pun tertawa
bersama.. Namun, tiba-tiba Chartica terjatuh. Ia tak sadarkan diri. Chartica
pun masuk UGD. Namun, nyawanya tak bias tertolong lagi. Kini, Arez kehilangan
Chartica untuk kesekian kalinya dan untuk selamanya.
Cinta memang tak harus
selalu memiliki dan selalu di sisi. Jika Tuhan berkehendak lain, maka kita pun
tak bias berbuat apa-apa. Then now..
cintailah orang yang mencintaimu, sebelum kamu kehilangan dia ntuk selamanya..
^.^ The End ^.^
1 Kepala Sekolah
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
0 Coment:
Posting Komentar
Jangan lupa di komentar yah ;) Makasiiih ^o^