Minggu, 01 April 2012

Love's ChaRez



 
Barbie sekolah telah tiba..” celetuk sang KETOS sekaligus anggota PKS, yang setiap pagi hari nongkrong di depan pagar sekolah, untuk memberi sanksi pada para siswa-siswi yang telat, penampilan yang bukan aturan sekolah, dan lain sebagainya.
“So’ …? What …?” ujar si Barbie sinis.
“Udah berulang kali aku bilangin.. Panjangin rok kamu.. Besarin baju kamu.. Dan tipisin make-up kamu.. Ngerti, Kartika..” ucap Arez dengan nada nan pelan. Sementara Chartica, hanya mengejek kata-kata Arez, dengan mengulang perkataannya tetapi tanpa suara.
“Nih..” Arez mengulurkan kertas pada Chartica, “surat hukuman kamu. Pulang sekolah, kamu menghadap 011..” lanjutnya..
Chartica mengambil kertas tersebut, dan merobeknya di depan wajah Arez, sembari berkata, “Nggak.. Penting..!!” ujarnya dengan nada cueknya. Kemudian berlalu pergi dari hadapan Arez..
“Sayang..” ujar Arez lirih.. “Siswi yang nggak teladan. Padahal,, ia cantik dan menawan..” lanjutnya dan berkhayal..
“Aaah.. Astaga.. Nggak boleh.. Nggak boleh..” ucapnya, setelah ia sadar, dengan apa yang telah ia lakukan. Dan berusaha menghapus bayangan Chartica dari otaknya, lalu melanjutkan tugasnya.
* * *
Sepulang sekolah, Chartica berdiri sendirian di halte bus, di depan sekolah. Arez pun datang dengan mobil yang ia kelndarai.
“Hay,, mau pulang bareng?” sahut Arez. Namun Chartica tak melontarkan sepatah katapun.
Tak lama kemudian, sebuah mobil sedan civic best door, dengan atap yang terbuka lebar, terlihat seorang cowok cakep, maco, and cool, datang dan berhenti tepat di depan mobil Arez. Arez hanya memerhatikan cowok itu. Arez tak bisa berkata-kata. Cowok itu emang perfect  abis..
Chartica langsung menuju ke mobil itu, dan pintu mobil pun terbuka otomatis, ke atas. Kemudian Chartica naik. Semua orang di sekitarnya melihatnya kagum dan sangat terkejut. Kemudian, pintu mobil tertutup kembali, dan berlalu pergi. Kali ini, Arez gagal lagi mendekati Chartica, dan patah semangat untuk mengejar cintanya.
* * *
Keesokan harinya. Di sebuah cafe, terlihat di salah satu meja VIP, Chartica dan seorang cowok yang kemarin menjemputnya, sedang makan dan asyik bercanda. Arez pun masuk bersama sahabat karibnya, Arel.
Saat Arel melihat Chartica, ia menyikut lengan Arez.
“Udahlah, Rel.. Barbie manisku udah ada yang punya. Kita ke sini, tujuannya untuk makan. Okey..”
“Yeah.. kok udah patah semangat sih? Kamu hanya salah paham. Cowok itu …” ujar Arel, namun dipotong oleh Arez, “Kalau kamu ke sini hanya ingin membahas Barbie, mending aku pulang aja.”
“Ya udah, kita makan. Okey..”
* * *
Selama seminggu setelah kejadian itu, Arez menjadi seorang yang pendiam, patah semangat, dan tak ada lagi harapan hidup. Ia betul-betul patah hati.
“Udahlah, Rez..” ujar Arel menghibur, “bukan hanya dia cewek di dunia ini.”
“Hmmmmmm…” ucap Arez datar.
“Yah.. Yah.. Yah.. Terserah kamu deh. Kalau kamu nggak mau dengerin aku, kamu akan menyesal seumur hidup..” ujar Arel, dan berlalu pergi. Namun Arez tetap saja diam, tak berbubah gaya sedikitpun.
Arel udah bingung. Apa yang akan ia lakukan, agar sahabatnya itu tak seperti orang gila, yang kerjanya selalu melamun, melamun, dan melamun.
* * * 


   
 
Arel menuliskan sebuah pesan, pada selembar kertas, lalu melemparkannya pada Arez, yang sedang melamun sendiri di dalam mobilnya. Setelah membaca pesan dari Arel, Arez pun segera pergi menuju bandara.
* * *
“Cha.. Chaca..” Arez memanggil nama kecil Chartica. Chartica tak mendengarnya, tetapi malah mempercepat langkahnya menuju pesawat.
“Yeah.. Telat..” ujar Arez pasrah, setelah berlari mengekar Chartica. Arez pun pulang. Ia telah kehilangan Chartica untuk kedua kalinya, dan selamanya.
* * *
Hari-hari Arez setelah kepergian Chartica, sangatlah suram. Tak ada yang ia lakukan, selain melamun. Sehingga membuat nilai ulangannya anjlok. Ia pun harus remedial. Dan mendapatkan semprotan dari kedua orangtuanya.
Sementara Chartica, yang hingga kini tak ada kabarnya. Tak ada yang tahu. Di mana tepatnya Chartica saat ini. Namun, Chartica tak pindah maupun keluar dari sekolah itu. Ia meminta izin pada wali kelasnya, tanpa alasan yang jelas. Ia hanya meminta izin, untuk menemani sanak saudara berobat ke Philipina.
Semester satu telah lewat. Dan tak lama lagi Ujian Nasional akan tiba. Namun Chartica tak kunjung datag.
* * *
Beberapa hari setelah Arez remedial, Arez di kabarkan menghilang. Sementara Chartica kembali ke Indonesia dan telah aktif bersekolah. Akan tetapi, wajah Chartica sangatlah pucat.
Arel pun mengabarkan hal ini pada Arez. Arel yakin, walaupun Arez menghilang entah ke mana. Pasti ia membawa laptop kesayangannya, dan e-mail-nya selalu aktif.
Beberapa hari kemudian, Arez muncul. Di saat yang bersamaan, Chartica pingsan. Arez shock banget. Ia tak tahu harus berbuat apa. Arel menyarankan untuknya, agar Arez menjaga Chartica.
* * *
Beberapa jam kemudian, Chartica pun sadar.
“Cha.. Kamu kenapa?” tanya Arez, memulai pembicaraan.
“Kamu tak perlu tahu.”
“Tapi, Cha.. Aku khawatir dengan keadaan kamu..”
Chartica tak menghiraukan perkataan Arez, namun ia beranjak dari kasur dan berlalu pergi dari UKS.
* * *
Arez kini tak mudah menyerah. Ia mendatangi rumah Chartica. Di sana ia bertemu dengan cowok yang selalu mengantar-jemput Chartica.
“Hai.. Kamu Arez, kan?” tanya cowok itu, sok akrab.
“Iya.. Kamu tahu dari mana?”
“Chaca yang cerita ama aku..” jawabnya. “Oh iya, kenalin. Aku Leo. Aku sepupu jauh Chaca. Jadi, kamu nggak perlu cemburu dan frustasi.”
Arez masih kebingungan.
“Oh iya, silahkan masuk..” ujar Leo, mempersilahkan masuk.
Arez pun masuk.
“Ehmm.. Ada perlu apa kamu datang ke sini? Chaca masih ada bimbingan olimpiade di sekolah.”
“Aku tahu kok tentang hal itu. Aku hanya ingin menanyakan, sebenarnya apa yang terjadi pada Chaca? Mengapa ia pucat dan tak bersemangat?”
“Oh.. tentang hal itu ya.. Ia hanya kecapekan aja.”
“Aku nggak percaya. Chaca orangnya nggak mudah capek dan pucat seperti itu..”
“Ehmmmm……” Leo bingung harus berkata apa. “Sebenarnya, Chaca mengidap kanker otak stadium 2 menuju stadium 3. Ia haru segera dioprasi. Namun, ia tak ingin melakukannya.”
“Terus.. ngapaen dia pergi ke Philipina segala?”
“Dia hanya berobat saja. Yeah.. itu anak emang keras kepala banget. Aku bingung untuk membujuknya.”
“Aku akan membantu. Aku akan memaksa dia untuk operasi.”
“Tapi.. tak segampang itu.”
“Kenapa?”
“Dia tahu, kalau penyakitnya ini, hanya aku yang tahu. Jadi, dia akan curiga kalau kamu to do point..”
“Aku tahu cara terbaik untuk melakukannya..”
* * *
Mulai saat itu, Arez perhatian benget ama Chartica. Ia tak segan-segan lagi untuk mendekati Chartica. Sehingga membuat Chartica tambah takut akan kehilangannya.
“Rez.. kok kamu perhatian banget ama aku..?”
“Karena aku nggak mau kehilangan kamu..”
Chartica terharu atas perkataan Arez. IA pun meneteskan air mata. Ia tak bisa mewujudkan permintaan orang terkasihnya.
“Cha.. Kamu mau jadi kekasihku? Walaupun hanya seminggu. Aku mohon………!”
Chartica tak bisa lagi menahan perasaanya. Ia pun menganggukan kepalanya.
* * *
Mereka jadian, namun tak ada yang mengetahuinya. Tiga hari setelah mereka jadian, tiba-tiba Chartica mengirim pesan singkat, yang isinya ‘maaf, Rez.. aku nggak bisa ngelanjutin hubungan ini ama kamu.. aku harap kamu mengerti. aku pun berharap agar kamu mendapatkan yang lebih baik dariku.’
Setelah pesan itu terkirim handphone Chartica tak aktif lagi. Ia dan Leo menghilang bak ditelan bumi. Sehari setelah kehilangan mereka, sebuah pesan singkat dari Leo masuk ke handphone Arez, yang isinya ‘Chaca telah tiada..’
Arez pun terjatuh pingsan. Ia tak menyangka. Bahwa, hadiah sweet-seventeen-nya ialah kepergian dari sang kekasih tercinta.
* * *
Keesokan harinya, Arez dikejutkan oleh seorang tamu istimewa. Ia membawa sebuah cake yang bertuliskan, ‘HAPPY BIRTHDAY MY BOYFRIEND’..
“Chaca?”
“Ya.. Ini aku.. Aku telah selesai di operasi. Aku kini telah  sehat kembali..”
“Tetapi, UN kamu gimana?”
 “Aku udah UN kok. Aku UN di Philipina. Dan nilai aku memuaskan..”
“Nilai kamu memuaskan, aku jad masuk rumah sakit, karena kamu..”
“Maafin aku ya..”
Arez mengangguk manja. Chartica pun memeluk Arez.
“Ehem.. Ehem..” seorang cowok yang baru saja tiba dan membuka pintu kamar Arez, berdehem. “Gini ya? Setelah di satuin, nggak ada ucapan  Thanks  atau semacamnya. MAlah asyik berduaan.”
“Eh.. Arel..” ujar Arez dan Chartica serempak.
“Iya,, ini aku.. Nggak nyangka ya.. Orang yang nggak bisa distuin karena peraturan sekolah, jadi bisa nyatu gini.”
“Berkat siapa dulu dong..” ujar Arez..
“Eehh.. seharusnya aku yang ngomong gitu..”
Mereka pun tertawa bersama.. Namun, tiba-tiba Chartica terjatuh. Ia tak sadarkan diri. Chartica pun masuk UGD. Namun, nyawanya tak bias tertolong lagi. Kini, Arez kehilangan Chartica untuk kesekian kalinya dan untuk selamanya.
Cinta memang tak harus selalu memiliki dan selalu di sisi. Jika Tuhan berkehendak lain, maka kita pun tak bias berbuat apa-apa. Then now.. cintailah orang yang mencintaimu, sebelum kamu kehilangan dia ntuk selamanya..

^.^ The End ^.^





1 Kepala Sekolah








Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 Coment:

Posting Komentar

Jangan lupa di komentar yah ;) Makasiiih ^o^